Assalammu'alaikum Wr Wb.
Malam ini masih belum bisa tidur karena terngiang dan terfikirkan apa yang diakatakan pengawas sekolah Pak Wahyu Cahyono tadi pagi ketika ada momen pendampingan K13 mapel Prakarya yg sebetulnya saya juga tidak menguasai karena beda basis ilmu yang saya kuasai tapi terpaksa harus mengajarnya ! :(
Beliau (Pak Wahyu Cahyono) mengatakan bahwa sekolahan swasta yang muridnya biasa saja tapi ketika lulusannya nanti berhasil dengan NEM yang bagus itulah sbetulnya sekolahan yang sukses besar. Beda dengan Sekolahan Unggulan yg memang notabene nya siswa memang sudah pintar dari dasarnya ketika lulus kok NEM nya bagus itu bukan sesuatu hal yang hebat apalagi luarbiasa. Tanya Kenapa ? Ya karena sudah selazimnya anak pintar ya lulus NEMnya Bagus dong ! Beda dengan anak yang biasa bahkan kurang pandai tapi kok bisa lulus dengan hasil yang bagus itu baru sesuatu hal yang Hebat ! Oleh sebab itu beliau mengatakan "the best process lebih baik daripada the best input". Ya karena dengan proses yang terbaik itulah yang bisa mengasah seseorang menjadi luar biasa padahal sebelumnya dia adalah seseorang yang biasa. Beda dengan input yang sudah baik pasti outputnya juga jadi lebih baik atau minimal baik. Usut punya usut ternyata ungkapan Pak Wahyu Cahyono ini merujuk kepada bukunya Pak Munif Chatib yang berjudul Sekolahnya Manusia yang disitu juga (singkatnya ) diterangkan tentang best process dan best input tadi.
Selebihnya yang ingin saya tuliskan adalah bagaimana menciptakan The Best Process ini seiring dengan tantangan yang ada di masing-masing sekolahan khususnya sekolahan swasta seperti kami ini. Tidak mudah memang membuat atau merubah siswa biasa menjadi luar biasa. Ataupun kalaupun bisa biasanya tidak semuanya berhasil seperti itu. Namun apa salahnya sebagai Guru dan Orangtua kami juga tetap harus berupaya. Berikut adalah hal yang mungkin harus dilakukan bila ingin melakukan The Best Process ini :
1. Menerima siswa dari semua kemampuan
Ketika masa PPDB sekolaahn yang ingin menciptakan The Best Process ini harusnya tidak hanya menerima siswa yang pintar saja tapi juga siswa yang tidak pintar sehingga tidak ada perbedaan antara yang pintar dan (maaf) siswa bodoh. Keduanya kita perlakukan sama rata, bahkan yang kurang tadi lebih diperhatikan agar mereka ikut bisa seperti yang lainnya dan yang sudah bisa semakin bisa sehingga tidak ada kesenjangan ilmu sampai harus ada pembeda semacam dibentuknya kelas unggulan segala.
2. Memahami cara belajar anak.
Memang benar tidak ada kelas Unggulan tapi yang ada hanya kelas tertentu sesuai pengelompokkan gaya belajar anak (siswa) yang terlebih dahulu disaring lewat program MIR atau Multiple Intelligent Research (lihat FB kami berikut) : https://www.facebook.com/189979294375946/photos/pcb.2307584085948779/2307560819284439/?type=3&theater
Tes ini hanya mendeskripsikan kecenderungan belajar siswa. Sehingga
anak-anak dikelompokkan berdasarkan kecenderungan cara belajar.
Multiple Intelligences menyarankan kepada kita untuk mempromosikan
kemampuan atau kelebihan seorang anak dan mengubur ketidakmampuan atau
kelemahan anak.
3. Membekali siswa dengan materi keagamaan yang lebih
Jika sekolahan umum biasanya 1 minggunya mapel agamanya hanya 2 jam saja, maka agar The Best Process ini bisa sukses, juga harus mencakup dan dibarengi dengan materi agama yang lebih banyak (bisa sampai 5 kali lipatnya karena full day school). Tujuannya tentu saja agar bisa membawa keimanan dan ketaqwaan yang lebih baik kepada anak anak sehingga bisa membentuk akhlaqul karimah yang juga taat menjalankan ibadah.
4. Materi Pelajaran Umum
Tidak bisa dipungkiri pedoman untuk diterima disekolahan favorit masih mengedepankan syarat NEM mapel UN, meski sudah banyak faktor pendukungnya sekarang plus rayonisasi (zona). Oleh sebab itu sekolahan yang ingin The Best Process ini juga tidak mau kalah dalam hal pelajaran umum ini juga. Pasti tetap diberikan jumlah jam yang sama dengan sekolahan lainnya pada umumnya. Itupun masih juga ditambah dengan les pemantapan semenjak semester 1 kelas 9, tryout dan lain sebagainya.
5. Kesabaran, keuletan dan ketelatenan
Butuh kesabaran dalam menangani atau merubah siswa yang biasa menjadi luar biasa untuk mewujudkan The Best Process ini. Tidak mudah memang, butuh usaha yang ekstra (ulet) yang hanya bisa ditempuh bila kita terus mencoba serta berkesinambungan (telaten). Paling tidak, waktu proses selama 3 tahun itulah deadline sekolahan untuk menciptakan perubahan pada siswanya tersebut.
5. Kesabaran, keuletan dan ketelatenan
Butuh kesabaran dalam menangani atau merubah siswa yang biasa menjadi luar biasa untuk mewujudkan The Best Process ini. Tidak mudah memang, butuh usaha yang ekstra (ulet) yang hanya bisa ditempuh bila kita terus mencoba serta berkesinambungan (telaten). Paling tidak, waktu proses selama 3 tahun itulah deadline sekolahan untuk menciptakan perubahan pada siswanya tersebut.
6. Do'a kepada Sang Khaliq
Sebagai umat beragama pasti kita tidak bisa lepas dari pertolongan Tuhannya. Termasuk The Best Process ini tidak akan terkabul bila kita sebagai manusia tidak meminta bantuan atau pertolongan lewat do'a, ibadah (sholat) kita kepada Illabi Robbi lewat pembiasaaan peribadatan yang dilakukan saat jam sekolah (Murojaah Juz Amma, Sholat Dhuha, Sholat Dhuhur, dan Sholat Ashar) bahkan diluar sekolah dengan mendatangkan orangtua siswa juga seperti SBT (Spiritual Building Training) http://smpipa.blogspot.com/2017/04/point-point-penting-penyampaian-sbt-2017.html dan juga Mujahadah UN http://smpipa.blogspot.com/2013/04/mujahadah-ujian-nasional.html
Itulah mungkin beberapa contoh upaya dalam menciptakan The Best Process di sekolahan dan mungkin bahkan bisa juga diterapkan oleh para orangtua di rumahnya masing masing agar buah hati mereka bisa menjadi anak yang berhasil meski pada awalnya tidak pandai tetapi akhirnya bisa berhasil lewat Proses yang Terbaik itu.
Akhir kata tetaplah berusaha dan semangat jangan menyerah untuk perubahan yang lebih baik lagi demi tercapainya cita cita hidup mulia di dunia dan di akhirat.
Wassalammu'alaikum Wr. Wb.